Image and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPic Image and video hosting by TinyPic Image and video hosting by TinyPic Image and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic

Sabtu, 07 Juni 2008

AMAR berbicara....


seminar "Air Sebagai Solusi Alternatif Penghematan Bahan Bakar"

Hari/ Tanggal : Kamis, 29 Mei 2008

Pukul : 10.00 – 12.00 wib

Tempat : Ruang Rapat Rajawali lt. 2 Gd. Departemen Perindustrian

Sambutan : Bp. Dedi Mulyadi [Ketua BPPI]

“ Asw. Wr. Wb.

Seminar pada pagi hari ini menjadi salah satu seminar yang amat penting di tengah permasalahan kenaikan BBM yang saat ini menjerat masyarakat. Selain itu kreatifitas ini pun menjadi indikasi baik di mana energi alternatif sebagai salah satu pilihan solusi di tengah permasalahan krisis energi saat ini. Pengetahuan masyarakat selama ini mengenai air memang tidak sejauh bagaimana ternyata “blue energy” ini membawa faedah lain, yaitu sebagai bahan bakar yang saat ini ramai dibicarakan. Meskipun terdengar tidak populis, namun bukan tidak mungkin dalam 10-15 tahun mendatang, air merupakan salah satu energi yang turut memegang peranan penting sebagai bahan bakar yang diminati masyarakat luas. Dibutuhkan kreatifitas dan kemauan yang kuat secara bersama-sama dari berbagai macam elemen masyarakat untuk menyampaikan berita baik ini kepada masyarakat-masyarakat lain di daerah, sehingga pengadaan energi ini tidak hanya dapat dinikmati oleh mereka [lagi-lagi] yang berada di kalangan urban/perkotaan yang cukup memiliki akses informasi mengenai hal tersebut, tetapi juga memberikan kesempatan kepada masyarakat daerah untuk turut mengembangkan bentuk energi ini. Semoga dengan adanya “launching” ini diharapkan dapat menjadi angin segar bagi dunia perindustrian, masyarakat rumah tangga, dan juga berbagai macam pihak dalam menggunakan air sebagai solusi alternatif. Selamat kepada penyelenggara acara.

Wasw. Wr. Wb. “

Sesi 2: Seminar

Moderator : Bp. Taufik [Ufuk Publishing House]

“ Asw. Wr. Wb.

Hambatan-hambatan yang ada saat ini dalam hal pengadaan dan pengembangan energi alternatif untuk bahan bakar rumah tangga maupun industri, tidak dapat dipungkiri terjadi dikarenakan energi yang diandalkan untuk digunakan adalah sumber energi minyak. Akibatnya, penggunaan yang dilakukan secara besar-besaran oleh pihak-pihak tersebut menyebabkan pasokan energi minyak yang semakin menipis. Spekulasi harga dunia pun mengakibatkan minyak sebagai salah satu energi “most wanted” di dunia selama lebih dari puluhan tahun belakangan. Dikarenakan tidak seluruh negara memiliki sumber tambang minyak, maka perdagangan minyak dunia pun diwarnai dengan kepentingan-kepentingan politis berbagai negara yang menganggap dirinya “super-power”. Akibat linier dari hal tersebut adalah “tersisihnya” Indonesia sebagai salah satu negara penghasil minyak yang justru tidak bisa “bertahan” di tengah terpaan kepentingan spekulan duia. Kenaikan harga BBM adalah salah satu contoh nyata akibat fenomena tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sumber energi alternatif Salah satu yang ingin diperkenalkan oleh masyarakat pada pagi hari ini adalah sumber energi air.”

Pembicara I : Bp. Poempida Hidayatullah

Berbicara masalah air, salah satu penulis George …., pernah suatu ketika “ mewacanakan bahwa air merupakan salah satu elemen penting bagi kehidupan bahkan menjadi sumber energi masa depan. Saat itu pada abad ke-19, orang-orang tidak terlalu memusingkan permasalahan ini, karena seperti yang diketahui ketika itu sumber daya alam masih melimpah. Namun sayangnya, keadaan saat ini tidak sama dengan zaman dahulu kala. Menipisnya jumlah energi dan sumber daya serta isu saat ini di mana kenaikan BBM tidak dapat dielakkan, maka dibutuhkan suatu bentuk alternatif energi yang justru low-cost, dan air merupakan salah satu solusi permasalahan di atas.

Ketersediaan air yang melimpah di Indonesia sebagai negara maritim, tentu menjadi tepat selama proses implementasi dan pengembangan teknologi di lapangan pun dijalankan secara baik. Gambaran yang akan dilakukan bukanlah kita memproduksi dan menggunakan hidrogen secara “pure”, namun kita berusaha memproduksi [HHO] “brown gas” yang akan kita injeksikan dengan alat khusus. Alat khusus ini lah yang bertugas untuk menghasilkan pembakaran yang lebih bagus dan bahkan efisien.

Untuk mengimpelementasikan serta memperkenalkan produk ini bagi masyarakat, kami dari AMAR, berusaha untuk bekerjasama dengan pihak Ufuk Publishing House dan juga pihak-pihak penggagas program ini untuk urun rembuk memberika solusi alternatif di tengah krisis energi saat ini. Dikarenakan kepicikan saat ini yang menganggap bahwa minyak [hanyalah] salah satu energi yang diandalkan paling besar di dunia. Selain high-cost,minyak juga menjadi petro chemical yang memiliki daya politis yang berpengaruh. Salah satu isu terakhir adalah “penculikan” salah satu penggagas ide ini yaitu Bapak Djoko Soeprapto, yang mewarnai media belakangan, justru sayangnya dijadikan politis, dikarenakan kepentingan beberapa pihak. Padahal semestinya kita berbangga hati memiliki seorang seperti bapak Djoko yang menawarkan formulasi efektif dan efisien bagi alternatif sumber energi.

Salah satu film yang menggambarkan bagaimana krisis energi itu sedang berlangsung adalah film karya Al Gore, “The Inconvenient Truth” yang menampilkan realita krisis lingkungan. Efek logaritmik yang terjadi sebagai akibat dari krisis ini pun dapat dikalkulasikan. Jika dihitung, maka memanasnya bumi pun dapat kita tunggu dalam hitungan puluhan tahun mendatang. Tentu kita semua yang berada di ruangan ini sama sekali tidak menginginkan hal tersebut terjadi, namun bukan berarti tidak mungkin kita tidak bisa memperlambat proses global warming. Hal yang sederhana yang bisa kita lakukan adalah dengan peduli pada linkungan melalui penggunaan berbagai macam kebutuhan industri dan rumah tangga yang ramah lingkungan.

2. Pembicara 2 : Bp. Ganeth

[Direktur PT Energy Management Indonesia [Persero] ]

[ display terlampir]

Penghematan BBM

  1. Indonesia boleh dikatakan terpuruk. Mengapa dikatakan terpuruk? Jika kita melihat grafik di depan, bahwa persentase terbesar yang dikeluarkan oleh kita setiap harinya adalah untuk pemanfaatan/biaya-biaya energi. Sebagai contoh, ketika kita menggunakan fasilitas hotel, semestinya kita membayar mereka [orangnya] yang bekerja melayani tamu, namun justru biaya yang dikeluarkan terbesar oleh mereka yang menginap justru adalah biaya energi yang dibutuhkan oleh hotel tersebut beroperasi setiap harinya.
  2. Indonesia boros energi? Salah satu alasan mengapa Indonesia krisis energi adalah: Indonesia adalah salah satu negara yang boros dalam hal pemanfaatan energi. Jika dibandingkan Jepang yang beada pada angka 90an dalam hal pemanfaatan energi [dengan catatan: Jepang [bahkan] tidak memiliki sumber daya minyak], Indonesia berada pada angka 550an dalam hal pemanfaatan energi. Berarti lima kali lipat dari yang dibutuhkan oleh Jepang.
  3. Bagaimana keluar dari situasi tersebut?

Salah satunya adalah dengan melakukan metode panghematan. Penghematan yang dilakukan pun pun “sekedar” penghematan domestik seperti mematikan lampu, dan sejenisnya. Namun dengan melakukan penghematan selektif, misalnya dengan mengukur apakah lampu atau AC yang lebih menggunakan daya lebih besar? Tentu, jika mematikan lampu, hasil dari penghematan itu pun tidak signifikan. Oleh karena itu perlu konsepsi penghematan energi yang komprehensif.

  1. Mengapa perlu dilakukan manajemen energi?

Tanpa manajemen yang baik, tentu penghematan pun tidak akan terjadi.

  1. Konsep manajemen energi [display terlampir].

Konsep penghematan yang selama ini dilakukan cenderung situasional, seperti ajakan pemerintah belakangan ini untuk kita bersama-sama menghemat energi mulai dari meminimalisir penggunaan kebutuhan listrik yang tidak perlu. Namun, terlepas dari ajakan itu hanya akan percuma jika hanya disuarakan secara sepihak tanpa adanya respon yang positif dari seluruh masyarakat. Pemerintah sekedar melakukan ajakan dikarenakan situasi krisis energi yang tengah mengancam bangsa beberapa tahun belakangan ini. Padahal jika kita boleh merunut dari sisi sebab-akibat, tentu apa yang tengah kita alami saat ini justru merupakan akibat dari sebab-sebab masa lalu di mana kita “terbuai” dengan ketersediaan melimpah dari sumber daya alam Indonesia, padahal sumber-sumber daya tersebut, minyak dan gas misalnya, adalah unrenewable resources.

  1. Kunci sukses implementasi konservasi energi :

1. kesadaran

2. komitmen

3. kepemimpinan

4. komunikasi

5. pemberdayaan

6. penghargaan

3. Pembicara 3 : Bp. F. Mustari [Ufuk Publishing House]

Teknologi air dianggap sebagai teknologi sederhana yang kurang populis. Contohnya adalah, penggunaan air sebagai tenaga uap. Padahal penggunaan air dapat dilakukan untuk berbagai macam hal jika kita berniat mempelajarinya. Penggunaan sumber energi mainstream seperti minyak, semestinya telah sampai titik limit, di mana ketersediaannya pun semakin menipis. Teknologi yang selama ini dikembangkan telah banyak membahas pilihan alternatig pengganti penggunaan minyak bumi. Salah satu hasil dari penelitian tersebut yang kami ingin perkenalkan adalah penggunaan sebuah alat yang menggunakan air sebagai sumber pembakarannya. Alat ini pula yang dapat digunakan di dalam kendaraan bermotor untuk menghemat penggunaan bensin/bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan tersebut. Prinsip kerjanya yang seperti aki, yaitu katoda dan anoda yang memudahkan pengguna dalam memanfaatkan alat ini.

Sesi Tanya-Jawab :

1. Q : Bp. Ibrani, S.H.

karena ini menyangkut teknologi yang berkaitan erat dengan anak bangsa, dengan adanya kesempatan ini, semoga hal ini bisa dikembangkan, juga penjaminan untuk produk ini bisa segera dipatenkan.

A : Bp. Poempida

Teknologi ini merupakan “open-source”, artinya tidak menutup kemungkinan bahwa perlu adanya kreatifitas lebih untuk mengembangkan produk ini untuk menjadi lebih baik lagi. Dengan dilibatkannya generasi muda dalam proses ini, tentu diharapkan hal ini menjadi solusi baik bagi semuanya.

Pemutaran video by : Ufuk Publishing House [Cara Hemat Irit BBM]

2. Bp. Hadi Prayitno [praktisi marketing]

Saat ini saya sedang mengembangkan SPBUBG, dan saya telah memiliki empat outlet. Namun yang terjadi di lapangan justru cenderung minim, hal ini dikarenakan masih banyak keraguan di kalangan masyarakat. Jika berbicara menyoal komitmen, maka saya hendak mempertanyakan peran pemerintah dalam mengambil inisiatif untuk mengkomunikasikak hal ini kepada masyarakat.

Pertanyaan berikutnya adalah: penggunaan aki dalam proses tersebut, apakah dirasa mungkin?

A : Bp. Ganeth

Saya tidak berhak merespon permasalahan di atas secara komprehensif Namun, permasalahan yang dapat disorot adalah menyoal momentum. Membutuhkan momentum yang tepat untuk benar-benar mensosialisasikan seluruh proses ini, dan juga dibutuhkan snow-ball effect untuk menggelindingkan proses teknologi ini di masyarakat.

A : Bp. Mustari

Poin awal yang ingin saya tekankan di sini adalah [minimal] masy.tahu bahwa terdapat energi alternatif guna mengefisiensikan bahan bakar minyak dalam rangka saving energy. Namun, perlu dipertimbangkan menyoal penggunaan aki tersebut, karena akan menimbulkan efek-efek resonansi. Artinya, energi yang dibutuhkan besar, namun tidak menghasilkan panas sama sekali. Sebenarnya yang ingin kami perkenalkan adalah : “free energy”. Melalui energi sederhana ini, murah, dan mudah didapat, maka masyarakat baik di kota-kota besar, dan di daerah-daerah seluruh Indonesia dapat menggunakan teknologi ini.

A : Bp. Poempida

Semestinya, opitimisme menjadi salah satu kunci bagaimana pengusaha-pengusaha dari kalangan industri yang menggunakan bahan bakar minyak dalam jumlah besar, dapat memanfaatkan teknologi ini sebagai solusi alternatif. Dan melalui komunitas AMAR ini lah, perbaikan-perbaikan dalam teknologi ini akan terus dilakukan. Salah satu yang perlu kita awali adalah TRUST di antara kita.

3. Bp. Hasanuddin

Saya sangat sepakat bahwa teknologi ini perlu disosialisasikan, namun tidak dapat dipungkiri peran pemerintah pun amat penting. Sebagai contoh, pemerintah melakukan kerja sama dengan pihak industri otomotif untuk memperkenalkan produk ini.

A : Bp. Poempida

Sebenarnya, dengan atau tanpa pemerintah kita dapat mengembangkan teknologi ini. Artinya, saya yakin bahwa dengan adanya teknologi ini merupakan indikasi baik masyarakat kita semakin cerdas dan kreatif dalam hal mengembangkan sebuah alternative energy. Semakin lama kita menunggu action dari pemerintah, bukan tidak mungkin justru teknologi ini hanya akan dalam wacana tanpa realisasi.

4. Audience : Kesediaan untuk percontohan mobilnya digunakan untuk guji coba alat ini.

-Penutupan-

OEDANK

Tidak ada komentar: