Image and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPic Image and video hosting by TinyPic Image and video hosting by TinyPic Image and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic

Jumat, 27 Oktober 2017

Aku Keturunan Perempuan yang Bersih

DARI masa ke masa, perempuan merupakan ibu yang melahirkan anak dan mengasuhnya hingga dewasa. Perempuan juga menjadi istri yang penuh kasih. Tutur katanya menyejukkan jiwa sang suami dam melipur kala lelah sepulang kerja. Perempuan juga bisa menjadi saudara yang turut serta meramaikan rumah, serta merasakan suka-duka hidup keluarga. Perempuan juga seorang putri yang turut mengembirakan ayah bunda, kakek-nenek, dan saudara-saudaranya. Demikianlah perempuan dalam segala dimensi, fungsi dan kodratnya.
Lembaran sejarah perempuan Arab pada zaman Jahiliah begitu kelam. Zaman kegelapan itu sangat merendahkan derajat perempuan. Bahkan, mereka mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka. Nasib suram kaum perempuan saat itu terekam dalam Alquran:
"Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apabila dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu." (QS. An Nahl [16]: 58-59)
Sejarah yang tercoreng itu telah menjadi bagian hidup seorang anak yang kebetulan perempuan. Surah At-Takwir menceritakan, "Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah mereka dikubur?" (At-Takwir : 8-9)
Tetapi, itu terjadi pada sekelompok orang. Mereka bangga melakukannya. Namun, hal itu bukan prinsip umum yang berlaku dominan. Bangsa Arab juga menghormati perempuan. Mereka terkenal sangat pencemburu untuk masalah keselamatan perempuan, dan sangat bijak memperlakukan mereka.
Banyak pula suku-suku bangsa Arab zaman Jahilliah, yang menisbahkan keturunan mereka pada garis ibu. Sebagaimana Rasulullah pernah berkata: "Aku adalah keturunan seorang perempuan awatik yang bersih."
Pernyataan di atas menunjukkan Nabi sangat menjunjung harkat seorang perempuan. Pernyataan bahwa aku adalah keturunan Awatik (kaum perempuan yang menisbahkan pada nama seorang perempuan Atik) menunjukkan bahwa ada sebagian perempuan yang menjadi kebanggaan kaumnya waktu itu.
Bukti lain adalah ketika terjadi perang Dzi Qaar, sebuah kejadian yang paling dahsyat pada zaman Jahiliah. Kejadiannya bermula pada saat Kaisar Persia (Kisra) hendak meminang seorang gadis Arab yang ternyata ditolakkan oleh pembesar Jahiliah. [Chairunnisa Dhiee]
Sumber: Perempuan-perempuan Al-Quran karangan Dr.Abdurrahman Umairah

Tidak ada komentar: